Pages

Kamis, 14 Februari 2013



Pesona Perkawinan Bugis-Makassar

Salah satu bagian terpenting dari kehidupan manusia adalah perkawinan. Dan bagi masyarakat di Sulawesi Selatan khususnya suku Bugis Makassar dan masyarakat di Indonesia pada umumnya, perkawinan merupakan penyatuan dua keluarga besar dari kedua mempelai. Tak heran jika perkawinan adat Bugis Makassar tidak hanya melibatkan keluarga inti kedua mempelai, tapi juga seluruh keluarga besar sehingga tak jarang jika saudara, kakak dan adik, paman dan bibi, serta para sesepuh ikut terlibat dalam mempersiapkan pernikahan si mempelai.
Upacara perkawinan di daerah Sulawesi Selatan banyak dipengaruhi oleh ritual-ritual sakral dengan tujuan agar perkawinan berjalan dengan lancar dan kedua mempelai mendapat berkah dari Tuhan. Tata cara upacara pernikahan adat Bugis Makassar melalui berberapa tahapan yaitu:
A'jagang-jagang/Ma'manu-manu
Penyelidikan secara diam-diam oleh pihak calon mempelai pria untuk mengetahui latar belakang pihak calon mempelai wanita.
A'suro/Massuro
Acara ini merupakan acara pinangan secara resmi pihak calon mempelai pria kepada calon mempelai wanita. Dahulu, proses meminang bisa dilakukan beberapa fase dan bisa berlangsung berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan.
Appa'nasa/Patenre Ada
Usai acara pinangan, dilakukan appa'nasa/patenre ada yaitu menentukan hari pernikahan. Selain penentuan hari pernikahan, juga disepakati besarnya mas kawin dan uang belanja. Besarnya mas kawin dan uang belanja ditentukan menurut golongan atau strata sosial sang gadis dan kesanggupan pihak keluarga pria.
Appanai Leko Lompo (erang-erang)
Setelah pinangan diterima secara resmi, maka dilakukan pertunangan yang disebut A'bayuang yaitu ketika pihak keluarga lelaki mengantarkan passio/passiko atau Pattere ada (Bugis). Hal ini dianggap sebagai pengikat dan biasanya berupa cincin. Prosesi mengantarkan passio diiringi dengan mengantar daun sirih pinang yang disebut Leko Caddi. Namun karena pertimbangan waktu, sekarang acara ini dilakukan bersamaan dengan acara Patenre Ada atau Appa'nasa.
A'barumbung (mappesau)
Acara mandi uap yang dilakukan oleh calon mempelai wanita.
Appasili Bunting (Cemme Mapepaccing)
Kegiatan tata upacara ini terdiri dari appasili bunting, a'bubu, dan appakanre bunting. Prosesi appasili bunting ini hampir mirip dengan siraman dalam tradisi pernikahan Jawa. Acara ini dimaksudkan sebagai pembersihan diri lahir dan batin sehingga saat kedua mempelai mengarungi bahtera rumah tangga, mereka akan mendapat perlindungan dari Yang Kuasa dan dihindarkan dari segala macam mara bahaya. Acara ini dilanjutkan dengan Macceko/A'bubu atau mencukur rambut halus di sekitar dahi yang dilakukan oleh Anrong Bunting (penata rias). Tujuannya agar dadasa atau hiasan hitam pada dahi yang dikenakan calon mempelai wanita dapat melekat dengan baik. Setelah usai, dilanjutkan dengan acara Appakanre Bunting atau suapan calon mempelai yang dilakukan oleh anrong bunting dan orang tua calon mempelai. Suapan dari orang tua kepada calon mempelai merupakan simbol bahwa tanggung jawab orang tua kepada si anak sudah berakhir dan dialihkan ke calon suami si calon mempelai wanita.

Akkorongtigi/Mappaci
Upacara ini merupakan ritual pemakaian daun pacar ke tangan si calon mempelai. Daun pacar memiliki sifat magis dan melambangkan kesucian. Menjelang pernikahan biasanya diadakan malam pacar atau Wenni Mappaci (Bugis) atau Akkorontigi (Makassar) yang artinya malam mensucikan diri dengan meletakan tumbukan daun pacar ke tangan calon mempelai. Orang-orang yang diminta meletakkan daun pacar adalah orang-orang yang punya kedudukan sosial yang baik serta memiliki rumah tangga langgeng dan bahagia. Malam mappaci dilakukan menjelang upacara pernikahan dan diadakan di rumah masing-masing calon mempelai.

Assimorong/Menre'kawing
Acara ini merupakan acara akad nikah dan menjadi puncak dari rangkaian upacara pernikahan adat Bugis-Makassar. Calon mempelai pria diantar ke rumah calon mempelai wanita yang disebut Simorong (Makasar) atau Menre'kawing (Bugis). Di masa sekarang, dilakukan bersamaan dengan prosesi Appanai Leko Lompo (seserahan). Karena dilakukan bersamaan, maka rombongan terdiri dari dua rombongan, yaitu rombongan pembawa Leko Lompo (seserahan) dan rombongan calon mempelai pria bersama keluarga dan undangan.

Appabajikang Bunting
Prosesi ini merupakan prosesi menyatukan kedua mempelai. Setelah akad nikah selesai, mempelai pria diantar ke kamar mempelai wanita. Dalam tradisi Bugis-Makasar, pintu menuju kamar mempelai wanita biasanya terkunci rapat. Kemudian terjadi dialog singkat antara pengantar mempelai pria dengan penjaga pintu kamar mempelai wanita. Setelah mempelai pria diizinkan masuk, kemudian diadakan acara Mappasikarawa (saling menyentuh). Sesudah itu, kedua mempelai bersanding di atas tempat tidur untuk mengikuti beberapa acara seperti pemasangan sarung sebanyak tujuh lembar yang dipandu oleh indo botting (pemandu adat). Hal ini mengandung makna mempelai pria sudah diterima oleh keluarga mempelai wanita.
Alleka bunting (marolla)
Acara ini sering disebut sebagai acara ngunduh mantu. Sehari sesudah pesta pernikahan, mempelai wanita ditemani beberapa orang anggota keluarga diantar ke rumah orang tua mempelai pria. Rombongan ini membawa beberapa hadiah sebagia balasan untuk mempelai pria. Mempelai wanita membawa sarung untuk orang tua mempelai pria dan saudara-saudaranya. Acara ini disebut Makkasiwiang.

Sumber: Naskah Hj. Syarifah Nur Daeng Ngasseng Sanggar Tamalate, Asdinar Tompo, dan buku Tata Cara Adat Perkawinan Bugis Makassar oleh Andi Nurhani Sapada

Barongko dan Pisang epek


BARONGKO
Barongko adalah makanan penutup khas daerah Bugis-Makassar yang dibuat dari buah Pisang Kepok matang yang dikukus dengan daun pisang. Dahulu pada masa pemerintahan kerajaan di Sulawesi Selatan, makanan yang resepnya sangat mudah di dapat dan mudah membuatnya ini adalah makanan penutup yang mewah, dan hanya disajikan untuk Raja-raja, dan disajikan pada moment-moment tertentu, seperti acara perkawinan, ulang tahun, dan lain. lain. Untuk menambah cita rasa dan selera, bahan dasar Barongko biasanya ditambah dengan irisan buah Nangka atau Kelapa muda.
tarian tradisional


  • tari pelangi
  •  
  • Tari pelangi; tarian pabbakkanna lajina atau biasa disebut tari meminta hujan.
Tari Paduppa Bosara;
tarian yang mengambarkan bahwa orang Bugis jika kedatangan tamu senantiasa menghidangkan bosara, sebagai tanda kesyukuran dan kehormatan.

  • Tari Pattennung;

tarian adat yang menggambarkan perempuan-perempuan yang sedang menenun benang menjadi kain. Melambangkan kesabaran dan ketekunan perempuan-perempuan Bugis.

  • Tari Pajoge’ dan Tari Anak Masari;
tarian ini dilakukan oleh calabari (waria), namun jenis tarian ini sulit sekali ditemukan bahkan dikategorikan telah punah.Jenis tarian yang lain adalah tari Pangayo, tari Passassa’, tari Pa’galung, dan tari Pabbatte.

Sarabba


kekayaan kuliner nusantara memang luar biasa,hampir setiap daerah memiliki aneka hidangan dan minuman khas yang segar menyehatkan. Masyarakat Luwu Utara, Sulawesi Selatan misalnya, mereka memunyai minuman khas Sarabba yang rasanya seperti perpaduan antara bandrek dan bajigur.

Minuman khas bugis makasar ini terbuat dari jahe, gula merah, dan santan sehingga memberikan aroma dan rasa tersendiri bagi penikmatnya. Apalagi jika diminum saat badan sedang flu,masuk angin, atau saat cuaca dingin. Rasanya segar sekali dan dapat menghangatkan tubuh.

Es pisang ijo


Pisang ijo atau Es pisang ijo, adalah sejenis makanan khas di Sulawesi Selatan, utamanya di kota Makassar yang terbuat dari bahan utama berupa pisang ijo. Pisang ijo berupa pisang yang dibalut dengan adonan tepung yang berwarna hijau dan cara memasaknya dengan mengkukus di sebuah dandang. Tepung berwarna dibuat dari tepung, air, pewarna hijau atau air daun suji dan air daun pandan.
kita akan sangat mudah menemukan kuliner yang satu ini bila kita berada di makasar tetapi jika pada bulan ramadan hampir di seluruh indonesia (terutama indonesia timur) kita dengan mudah menemukannya, karena minuman yang satu ini sangat pas dan cocok sebagai menu berbuka puasa.

Pak Syahrul dan Pak Ilham Berjabat Tangan di Kediaman JK


Syahrul dan Ilham Berangkulan di Rumah JK 
Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004-2009 Jusuf Kalla akhirnya berhasil mendamaikan dua pasangan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dan Ilham Arief Sirajuddin yang sebelumnya berseteru di Pilgub Sulsel.
"Alhamdulillah keduanya sudah kita pertemukan dan telah kami damaikan bersama," kata Jusuf Kalla saat mempertemukan kedua putra terbaik Sulsel ini di kedimannya, Jalan Haji Bau Makassar, Jumat (1/2/2013).
Menurut JK, Pilgub Sulsel telah usai, sehingga diminta kepada seluruh kandidat utamanya Syahrul dan Aco (Ilham) untuk kembali bersama-sama membangun Sulsel yang lebih baik, sejahtera dan bermartabat.

Posko IA dan SAYANG Masih Dijaga Ketat Aparat Keamanan

Polisi Masih Menjaga Ketat Posko IA dan Sayang 
Pasca-bentrokan antarmassa pendukung pasangan calon gubernur Sulsel nomor urut 1, Ilham Arief Sirajuddin-Aziz Qahar Mudzakkar (IA), dan massa calon gubernur petahana nomor urut 2, Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang), aparat kepolisian memperketat penjagaan di masing-masing posko pemenangan, yaitu di Jalan Batu Putih dan Haji Bau, Makassar, Jumat (1/2/2013).
Pengamanan dari personel gabungan TNI-Polri dipusatkan di dua lokasi, yakni Posko Sayang di Jalan Haji Bau dan Posko IA di Jalan Gunung Batu Putih. Dua posko pemenang masih dikawal ketat dengan disiagakan mobil baracuda, water canon, serta puluhan personel Brimob dan TNI.