Disetiap wilayah di Indonesia pastilah memiliki budaya tradisional masing-masing, antara satu wilayah dan lainnya memiliki adat dan tradisi yang berbeda beda. begitu pula dengan adat dan tradisi di wilayah Sulawesi Selatan khususnya Makassar. Didalam kebudayaan Makassar Busana adat tradisional adalah salah satu aspek yang sangat penting, karena tidak hanya berfunsi sebagai penghias tubuh pemakainya tetapi juga merupakan suatu kelengkapan dalam upacara-upacara adat di Makassar. Yang dimaksud dengan busana adat disini adalah pakaian adat berserta aksesori-aksesori pelengkap yang digunakan dalam berbagai upacara-upacara adat baik itu berupa perkawinan, penjemputan tamu kehormatan, atau hari-hari besar adat lainnya, seperti upacara Accera Kalompoang adat Kerajaan Gowa. Pada dasarnya keberadaan dan pemakaian busana adat pada upacara-upacara adat tertentu akan melambangkan keagungan upacara-upacara adat tersebut.
Melihat kebiasaan-kebiasaan masyarakat Makassar dalam mengenakan busana
adat, sebenarnya terlihat kemiripan dengan busana adat yang biasa
dipakai oleh orang-orang Bugis. Walaupun demikian ada sedikit perbedaaan
dan ciri-ciri khusus baik itu dari corak pakaian maupun bentuk dari
pakaian adata itu.
Pada jaman dahulu busana adat yang dikenakan oleh orang Makassar dapat menunjukkan status pernikahan bahkan juga status sosial dari pemakainya di dalam masyarakat. Hal itu dikarenakan didalam strata sosial masyarakat Makassar terbagi atas tiga lapisan sosial, yaitu Ono Karaeng yakni lapisan strata sosial yang ditempati oleh kerabat Raja dan bangsawan, Tu Maradeka yaitu lapisan orang merdeka atau masyarakat kebanyakan dan yang ketiga adalah Ata atau golongan para budak yakni lapisan orang-orang yang kalah dalam peperangan, tidak mampu membayar utang dan yang melanggar adat istiadat. Namun pada masa sekarang ini busana yang dipakai tidak lagi menunjukkan status sosial kedudukan seseorang.
Sementara itu, busana adat tradisional Makassar juga terbagi atas jenis kelamin para pemakainya. busana adat kaum pria tentulah berbeda dengan busana adat kaum wanita, masing-masing busana adat itu memiliki karasteristik tersendiri. Busana adat pria dengan Baju Bella' dan Jas Tutu'nya sedangkan Kaum wanita mengenakan Baju Bodo dan Baju Labbu.
Pakaian adat pria Makassar terdiri atas Baju, celan atau Paroci, kain sarung atau Lipa' Garusu' dan tutup kepala atau Passapu'.
Baju yang dikenakan pada bagian atas berbentuk jas tutup dan baju belah
dada. Model baju yang tampak adalah berlengan panjang dengan leher
berkerah dan saku baju terletak dikanan dan kiri baju serta dibubuhi
kancing yang terbuat dari warna emas atau perak dan dipasang pada leher
baju. Model tersebut sama untuk kedua jenis baju adat pria Makassar baik
untuk Baju Bella dan Jas Tutu', perbedaan hanya terlihat pada warna dan bahan yang digunakan Bahan untuk Jas Tutu' biasanya tebal dan berwarna gelap biru atau coklat tua, sedangkan untuk Baju Bella' terbuat dari bahan yang lebih tipis, yaitu berasal dari kain Lipa' Sa'be atau Lipa Garusu' yang polos, warna terang dan mencolok mendominasi pakaian ini seperti merah dan hijau.
Khusus untuk hiasan kepala atau tutup kepala (Songko') bahan yang biasa digunakan berasal dari kain Passapu' yang terbuat dari serat daun lontar yang diayam. Tutup kepala pria Makassar yang berhias benang ems disebut Mbiring dan yang tidak berhiaskan benang emas disebut Passapu' Guru. Biasaynya yang mengenakan passapu' Guru adalah mereka yang berstatus sebagai guru mengaji dikampung. Pemakaian tutup kepala pada busana pria mempunyai makna-makna dan simbol-simbol tertentu yang melambangkan satus sosial pemakainya.
Kelengkapan busana adat pria Makassar sebagai aksesori pakaian adat adalah Badik, gelang, Salempang atau Rante Sembang, Passapu' Embara', dan hiasan Pada tutup kepala atau Sigara'. Badik yang selalu digunakan ialah badik denang kepala dan sarung terbuat dari emas yang dikenal dengan sebutan Passatimpo atau Tatapareng, Jenis Badik ini adalah benda pusaka yang dikeramatkan oleh pemiliknya.bahkan dapat digantungi sejenis jimat yang disebut maili. Agar Badik tidak mudah lepas dan tetap pada tempatnya, maka diberi pengikat yang disebut Talibannang. Adapun gelang yang menjadi perhiasan para pria Makasar, biasanya berbentuk ular naga dan terbuat dari emas atau disebut Ponto Naga. Gambaran busana adat pria Makasar lengkap dengan semua jenis perhiasan seperti itu, tampak jelas pada seorang pria yang sedang melangsungkan upacara pernikahan. Lebih tepatnya dikenakan sebagai busana pengantin pria.
Pada jaman dahulu busana adat yang dikenakan oleh orang Makassar dapat menunjukkan status pernikahan bahkan juga status sosial dari pemakainya di dalam masyarakat. Hal itu dikarenakan didalam strata sosial masyarakat Makassar terbagi atas tiga lapisan sosial, yaitu Ono Karaeng yakni lapisan strata sosial yang ditempati oleh kerabat Raja dan bangsawan, Tu Maradeka yaitu lapisan orang merdeka atau masyarakat kebanyakan dan yang ketiga adalah Ata atau golongan para budak yakni lapisan orang-orang yang kalah dalam peperangan, tidak mampu membayar utang dan yang melanggar adat istiadat. Namun pada masa sekarang ini busana yang dipakai tidak lagi menunjukkan status sosial kedudukan seseorang.
Sementara itu, busana adat tradisional Makassar juga terbagi atas jenis kelamin para pemakainya. busana adat kaum pria tentulah berbeda dengan busana adat kaum wanita, masing-masing busana adat itu memiliki karasteristik tersendiri. Busana adat pria dengan Baju Bella' dan Jas Tutu'nya sedangkan Kaum wanita mengenakan Baju Bodo dan Baju Labbu.
Add caption |
Khusus untuk hiasan kepala atau tutup kepala (Songko') bahan yang biasa digunakan berasal dari kain Passapu' yang terbuat dari serat daun lontar yang diayam. Tutup kepala pria Makassar yang berhias benang ems disebut Mbiring dan yang tidak berhiaskan benang emas disebut Passapu' Guru. Biasaynya yang mengenakan passapu' Guru adalah mereka yang berstatus sebagai guru mengaji dikampung. Pemakaian tutup kepala pada busana pria mempunyai makna-makna dan simbol-simbol tertentu yang melambangkan satus sosial pemakainya.
Kelengkapan busana adat pria Makassar sebagai aksesori pakaian adat adalah Badik, gelang, Salempang atau Rante Sembang, Passapu' Embara', dan hiasan Pada tutup kepala atau Sigara'. Badik yang selalu digunakan ialah badik denang kepala dan sarung terbuat dari emas yang dikenal dengan sebutan Passatimpo atau Tatapareng, Jenis Badik ini adalah benda pusaka yang dikeramatkan oleh pemiliknya.bahkan dapat digantungi sejenis jimat yang disebut maili. Agar Badik tidak mudah lepas dan tetap pada tempatnya, maka diberi pengikat yang disebut Talibannang. Adapun gelang yang menjadi perhiasan para pria Makasar, biasanya berbentuk ular naga dan terbuat dari emas atau disebut Ponto Naga. Gambaran busana adat pria Makasar lengkap dengan semua jenis perhiasan seperti itu, tampak jelas pada seorang pria yang sedang melangsungkan upacara pernikahan. Lebih tepatnya dikenakan sebagai busana pengantin pria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar